Monday, April 16, 2012

Sham el-Nessim, Cintaku Bersemi

Bumi terus berputar
dan waktu terus berlanjut
Mengantarkan kita pada hari ini
Sham el-Nessim..
Awal dimulainya kehidupan tlah terbuka
Seperti kuncup bunga yang mulai bermekaran di taman-taman kota

Sham el-Nessim..
Dalam dekap musim semi, kumerindukanmu tanpa henti..

Padamu, rindu ini bermuara, duhai belahan jiwa..

Sham el-Nessim, 25 April 2011 M.  
........
 
Waktu bergulir demikian cepat, tanpa terasa bait-baik kata sederhana di atas sudah hampir berusia satu tahun.  Puisi sederhana di atas saya tulis, ketika perayaan Sham el-Nessim jatuh pada pada tanggal 25 April tahun lalu.

Yah, Sham el-Nessim, tanpa terasa saya sudah kembali pada “titik“ ini lagi, ini menunjukkan untuk kesekian kalinya saya sudah sampai pada satu periode kesekian terkait keberadaanku di negeri ini, sedangkan hingga saat ini saya masih berdiri di titik yang sama, dan belum mampu membuka, menguak, dan mendapatkan apa sejatinya yang saya cari di negeri ini. Namun tentu saja hidup harus terus berlanjut, “Just need to do it, not to think about it!” begitulah mungkin motivasi diri yang dapat saya aplikasikan dalam menjalani hidup untuk saat ini. Stop! Don´t talk about it again ok! :P

Eh, ngomong-ngomong apa sih yang dimaksud dengan Sham el-Nessim? What´s the meaning of Sham el-Nessim? Ok! You should like to know  soon guys..! Sham el-Nessim adalah hari libur nasional Mesir yang biasa diadakan setiap tahun untuk menyambut datangnya musim semi, atau biasa disebut sebagai hari pergantian musim, dari musim dingin menuju musim semi. Perayaan Sham el-Nessim biasanya selalu bertepatan atau satu hari setelah Hari Raya Paskah Kristen Koptik Mesir. Dan tanggalnya pun tidak tetap setiap tahunnya, mungkin mengikuti prakiraan cuaca setempat yang setiap tahunnya bias berubah-ubah.
Menariknya, walau perayaan Sham el-Nessim ini hampir bertepatan dengan hari raya paskah tapi perayaan ini dirayakan terlepas dari intervensi  Agama. Umat Islam dan kristen merayakan perayaan ini dengan antusias tanpa ada pertentangan. Mereka berbondong-bondong memenuhi taman-taman kota yang ada di sekitar cairo untuk menikmati keindahan kuncup bunga yang baru bermekaran sambil bercengkrama mesra dengan kekasih maupun keluarga.

Menurut beberapa bahan bacaan yang sempat saya baca, sejarah mencatat bahwa awal mula perayaan ini merujuk pada masa Pra Dinasti. Para sejarawan berkeyakinan bahwa perayaan ini sudah berlangsung sejak masa Mesir Kuno, kira-kira pada tahun 2700 SM. Konon pertama kali dirayakan di salah satu kota di Heliopolis yang bernama “Aon“. 

Pada dasarnya Sham el-Nessim dirayakan untuk memperingati awal mula ditiupkannya ruh kehidupan oleh Tuhan. Dikisahkan, pada hari itu masyarakat Mesir Kuno melihat berbagai macam tumbuhan mulai bersemi kembali seiring datangnya musim semi. Dari sinilah mereka berkeyakinan bahwa itu adalah awal dimulainya kehidupan. Namun seiring berjalannya waktu, dan seiring berkembangnya pengetahuan manusia akhirnya perayaan ini bermetamorfosis menjadi perayaan menyambut datangnnya musim semi seperti yang ada sekarang.

Makanan Khas

Konon, bangsa mesir kuno juga mempunya cara tersendiri dalam merayakan hari sakral ini. Mereka merayakan perayaan ini dengan menghidangkan makanan khas berupa telur, (yang sengaja dicat berwarn-warni) Ikan bergaram (Ikan Asin), Bawang, dan Selada. Empat jenis makanan khusus ini memiliki maknanya tersendiri bagi bangsa mesir kuno. Seperti Telur, yang melambangkan awal mula dilahirkannya kehidupan. Ikan, melambangkan kecintaan dan penghormatan mereka pada sungai nile, hal ini karena pada masa itu ikan yang mereka konsumsi berasal dari sungai nile.

Bawang, juga dikatakan sebagai symbol “kehidupan“ bagi bangsa mesir kuno, untuk menghormatinya konon mereka suka menggantungkan bundelan bawang di dinding-dinding rumah mereka.  Sedangkan selada, adalah tumbuhan yang “dikeramatkan“ oleh bangsa mesir kuno. Entah karena apa, yang jelas tumbuhan yang dikenal dengan nama “Aíb“ dalah bahasa Mesir kuno (heuroglif)ini sudah mulai dikenal sejak dinasti ke-4 bangsa mesir kuno.
Namun sejauh yang saya tahu, saat ini saya tidak menemukan orang mesir yang merayakan perayaan ini dengan cara di atas, mereka memang berbondong-bondong memenuhi taman-taman kota namun tampaknya dengan tujuan yang berbeda. Taman-taman kota lebih banyak dipenuhi cengkrama pasangan remaja, yang sengaja menempatkan diri di pojok-pojok taman sambil berbicara dengan cara yang berbeda, seakan dunia benar-benar milik berdua.

“Itulah cinta, Mam“, Komentar salah satu temanku pada suatu kesempatan. Cinta? Ah, entahlah saya sendiri masih terlalu lugu untuk mengerti apa itu CINTA. Wallahu A´lam. ^_*


*Dari berbagai sumber
District 10, 16 April 2012 M.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda..^_^