Saturday, November 5, 2011

SAPi On The Action

Pada hari Rabu, 02 November kemarin, kembali saya jalan-jalan sekaligus bedah karya bersama sahabat-sahabat Sanggar Piramida (SAPi). Kali ini bedah karya diadakan di Hadiqah Hurriyah Waládalah yang berada di kawasan Tahrir, masih di sekitar pinggiran sungai Nile. 

Hadiqah Hurriyah Waládalah berada tepat disamping OPERA HOUSE, tidak jauh dari jembatan Qasr El-Nile, sebuah jembatan tempat biasa mangkal para muda mudi mesir yang lagi kasmaran bersama pasangannya. Tepat setelah shalat Dhuhur, saya beserta teman-teman berangkat dari Hayyul Asyir, kawasan tempat tinggalku.
Sekitar jam 12:30, Riya, Een, Vivi, Imron, Fikri, Faizin, Mansur, Maimun, Ari, dan saya sendiri berangkat menuju kawasan Tahrir setelah sebelumnya berkumpul terlebih dahulu di Flat tempat tinggalku. Untuk menuju Kawasan Tahrir, dari Hayyul Asyir paling tidak kita masih harus berganti 2 hingga 3 kali alat transportasi. Karena hari sudah cukup siang akhirnya saya dan teman-teman memilih untuk naik Tramco terlebih dahulu menuju terminal Hayyu Sabi´, dan dari terminal ini, kembali kami naik Tramco menuju Mahattah Metro Damardas, seterusnya kami harus melanjutkan perjalanan dengan naik Metro, atau kereta bawah tanah Mesir, menuju kawasan Opera House.

Jam 01 : 30 kami sampai di Hadiqah Hurriya Waládalah. Kami langsung memasuki areal taman setelah terlebih dahulu membayar karcis 2 le. Memasuki kawasan taman, ternyata di sana sudah banyak para pengunjung yang bersantai di bangku-bangku taman dan di bawah rindangnya pepohonanan. Umumnya mereka berpasangan dengan pasangan masing-masing. Kebahagiaan jelas terlihat dari sumringah tawa mereka, seakan dunia memang bener-benar milik mereka berdua. Ah, benar-benar pemandangan yang bikin air liur memburai bagi jomblo-jomblo (kayak saya ha..:D)
Saya tidak sempat mengelingi seuruh lareal taman, karena saya dan teman-teman langsung mengadakan bedah karya dan larut dalam suasana diskusi yang cukup panjang di salah satu areal rumput di  tengah taman. Selama kurang lebih 3 jam kami asik dan tenggelam dalam diskusi ringan dengan diselingi canda tawa bersama teman-teman sanggar. Santai tapi serius. Sangat terasa betapa indahnya kebersamaan. Banyak pelajaran-pelajaran baru yang dapat saya petik dari sahabat sekaligus teman seperjuangan sanggar. 

Kami larut dalam suasana diskusi hingga menjelang petang.

Kebersamaan Dalam Rujakan

Jauh hari sebelum kami berangkat, di group FB SAPi, teman-temanku sudah merencanakan tiga agenda untuk bedah karya kali ini. Bedah Cerpen, Rujakan, dan Nonton Konser. 

Setelah kurang lebih 3 jam kami larut dalam suasana diskusi yang cukup memeras otak. Menjelang petang, setelah diskusi berakhir kami ngadain rujakan bersama, masih di areal taman yang sama. Cobik, Cek-Kocek, Petis, Garam, Vetsin, Cuka, Cabe, dan peralatan rujak lainnya sudah kami persiapkan sebelumnya.
Rujak mangga muda, dengan petis madura. Dengan racikan cabe rawit yang sangat pedas. Benar-benar terasa berada di kampung halaman, Madura. Walau hanya beralaskan plastik dan rumput taman tapi tetap nikmat dengan rasa kebersamaan itu. Walau tidak sepenuhnya, tapi cukuplah rujakan kali ini mengobati kerinduanku pada kampung halaman.

Larut Dalam Suasana Magis Musik Sufi

Menjelang waktu Isyak kami keluar dari areal taman tempat diskusi. Karena ada beberapa teman yang dalam keadaaan kurang fit dan sedikit pusing, di sini akhirnya kami terpecah menjadi dua kelompok. Lima orang dari anggota sanggar harus kembali ke Nasr City untuk langsung pulang ke rumah masing-masing, dan Lima orang lainnya meneruskan perjalanan menuju tempat konser, dan di antara mereka adalah saya.

Konser yang akan kami kunjungi berada di kawasan Saad Zagloul. Dari kawasan Opera Hose kami masih harus naik kereta bawah tanah lagi dan turun di Mahattah Saad Zagloul.
 
Sekitar jam 19:00 saya dan keempat teman lainnya sampai di bilangan Saad Zagloul, tempat konser akan diselenggarakan. Ternyata kami sampai lebih awal dari jadwal konser yang telah ditetapkan, sementara konser baru akan dimulai pada jam 21:00. Sambil menunggu dimulainya acara akhirnya kami menyempatkan diri untuk minum teh di sebuah kedai pinggir jalan tidak jauh dari tempat konser. Hingga akhirnya kami kembali lagi pada jam 20:30.

Sekembali kami dari kedai teh di pinggir jalan tadi, ternyata di sana sudah ada beberapa pengunjung yang tengah duduk di kursi-kursi kosong yang telah disediakan oleh panitia. Umumnya ternyata mereka adalah para turis asing. Dari paras mereka saya sudah dapat memastikan kalau mereka adalah para pelancong dari negara-negara Eropa sana. 

Sementara tempat konser sendiri adalah sebuah ruangan yang sangat sederhana, dan menurut saya tidak cukup layak untuk disebut debagai tempat konser. Mungkin tidak lebih dari 5x8 ukuran ruangan itu. Sangat jauh dari kesan mewah. Para pemain menari dan bernyanyi di depan para penonton tanpa menggunakan panggung, hanya menggunakan karpen sejajar dengan para penonton. Bahkan, jarak penonton dan para pemain saya perkirakan tidak lebih dari 5 Meter. Benar-benar mencerminkan kepribadian kaum sufi yang identik dengan kesederhanaan.

Tepat jam 21:00 WK, (Waktu Kairo) konser music sufistik pun dimulai. Diawali dengan puji-pujian kepada Nabi, lalu diiringi gemeretak suara yang ditimbulkan oleh berbagai macam alat musik sederhana yang dipegang oleh para pemain. Dilihat dari parasnya, ternyata para pemain musik itu umurnya tampak sudah diatas lima puluhan. Menurut salah satu seniorku, memang group music ini diambang punah, karena tidak adanya regenerasi dan minat dari para kaum muda penduduk pribumi sendiri.

Selama dua jam kami menikmati alunan magis music sufi yang dinyanyikan dengan nada dan suara naik turun oleh para penyanyi dan penabuh bergabagai macam alat music yang mengiringinya. Dengan tempo yang kadang cepat dan kadang pelan kami tenggelam dalam alunan music religious sufistic hingga hamper tengah malam.

Kinanah, 05 November 2011 M.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda..^_^