Tuesday, May 10, 2011

Visa.. Oh.. Visa..!?!

Pagi masih sedikit berkabut saat aku keluar dari flat tempat tinggalku di bilangan Bawwabah Tsalisah, Hayyul Asyir. Udara sedikit dingin pagi ini walau kini sudah mulai memasuki musim panas. Akhir-akhir ini cuaca memang sering berubah-ubah, kadang dingin dan kadang panas. Mungkin karena bulan ini masih dalam musim pancaroba, peralihan dari musim dingin ke musim panas, maka dari itu cuaca masih belum cukup stabil.

Jam digital di telepon genggamku menunnjukkan Jam 05:45. Aku menunggu Bus jurusan Darrasah di depan Supermarket Khoiruzzaman, sebuah supermarket yang cukup besar di dekat tempat tinggalku. Syukurlah, setelah hampir lima belas menit menunggu, Bus dengan nomer 80 atau yang biasa kami sebut dengan 80 coret, datang dari arah Mahattah Zahra´. Hup! Sekali loncat aku langsung berada di atas bus 80 coret.


Pagi ini aku akan ke kantor imigrasi di kawasan Madinatul Buúts, untuk memperpanjang visaku yang sudah kadaluarsa. Sebenarnya pemeriksaan visa di Mesir tidak terlalu ketat bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Hanya saja aku sedikit hawatir kalau sewaktu waktu aku terkena sial, dan ini cukup mengancam kelangsungan hidupku di negeri ini. Selain itu tidak ada salahnya kan berlaku taat di negeri orang, sekaligus belajar berdisiplin pada diri sendiri.

Mengurus visa atau izin tinggal di negeri ini memang cukup ribet, butuh dua kali proses untuk menyelesaikannya. Pertama, kita harus melakukan Takdim, atau mengajukan perpanjangan visa dengan menyertakan foto copy paspor, surat keterangan dari kuliyah, dan satu lembar foto ukuran 4x6. Setelah itu biasanya kita akan mendapatkan tanda tangan dari petugas imigrasi dengan dibubuhi tanggal pengajuan pada salah satu lembar paspor kita. Setelah itu kita harus menunggu satu minggu untuk melanjutkan proses selanjutnya.

Proses kedua, biasanya disebut Taslim. Pada proses kali ini kita baru akan mendapatkan visa yang sesungguhnya, dengan disertai stempel resmi dari pihak imigrasi dan tanggal berakhirnya masa berlaku visa. Nah, hari ini proses inilah yang akan aku lakukan pergi ke kantor imigrasi pagi-pagi sekali. Aku sengaja berangkat agak pagi agar mendapat urutan agak terdepan, sukur-sukur bisa mendapat urutan pertama. Namun tampaknya itu mustahil, karena setelah shalat subuh saja biasanya para mahasiswa yang ingin memperpanjang visa sudah berjubel di depan kantor imigrasi dan menulis nomer antrian di sehelai kertas.

Disinilah kadang kesabaran kita benar-benar diuji. Sudah menjadi pemandangan yang biasa, kita berdiri 2 hingga 3 jam di deretan antrian yang berjubel hingga ke luar kantor. Belum lagi pelayanan dari karyawan kantor yang super duper ngaret. Tidak jarang ditengah-tengan tugas kita ditinggal untuk urusan perut oleh petugas imigrasi. Dengan muka tanpa dosa para petugas imigrasi kadang makan dan minum teh tanpa menghiraukan kita yang sejak pagi berdiri hingga betis serasa mau copot. Aaaggggggh…..! Mesir……! Rajanya jam karet….! (Emang Indonesia gak ya..? hi..)
…..
Jam 06 : 30 aku sampai di kawasan Madinatul Buúts dan berhenti di sebuah halte tidak jauh dari kantor imigrasi. Dengan berjalan kaki aku langsung menuju depan kantor itu. Namun aneh, tidak seperti biasanya. Sebenarnya aku tahu kalau kantor imigrasi ini baru akan buka pada jam 08:00 nanti. Tapi sebelum itu, biasanya orang-orang asing sudah berkerumun sejak pagi guna mendapat nomer antrian paling depan. Tapi kali ini tidak, sama sekali tidak ada tanda-tanda hal itu. Pintu gerbang kantor pun masih tertutup rapat.

Dengan langkah gontai aku kembali ke halte tempat aku turun tadi. kuputuskan untuk menunggu di halte tadi karena disana ada tempat duduk yang cukup nyaman. Aku duduk di kursi panjang halte, tempat orang-orang menunggu bus. Tidak banyak orang di hate ini, hanya ada seorang pria berkulit hitam sedang menunggu bus.

Suasana jalan masih belum terlalu ramai tapi juga tidak terlalu sepi. Untuk mengisi kekosongan sambil menunggu kantor imigrasi buka kukeluarkan novel Pada Bulan dan Cinta Dalam Gelas-nya Andrea Hirata, salah satu penulis favoritku, yang telah kuhabiskan satu bab tadi malam. Buku ini aku beli di indonesia beberapa waktu lalu, waktu aku pulang evakuasi kemarin.

Kubuka lembar demi lembar novel itu tanpa menghiraukan daerah sekitar. Bus, Tramco (Angkot ala Mesir), dan beberapa kendaraan pribadi sesekali lalu lalang di depanku, menyisakan asap hitam yang mengepul dari kenalpotnya. Dan hal ini sedikit mengganggu konsentrasi membacaku.

Jam 07:00, Tanpa kusadari sudah setengah jam aku menekuri novelku, ternyata di sekitarku sudah bertambah banyak orang-orang mesir yang sedang menunggu angkutan. Ada yang terpaksa berdiri karena kursi halte sudah penuh. Dua orang remaja putri dengan seragam sekolah berlalu di depanku sambil bersenda gurau. Beberapa orang menyebrang dari trotoar sebelah menuju ke arahku. Aku kembali mengedarkan pandanganku ke arah gerbang kantor imigrasi. Namun masih belum ada perubahan. Gerbang itu masih terkunci rapat. Matahari sudah semakin tinggi. Kendaraanpun makin ramai, meninggalkan kepulan asap yang mencemari udara. Aku kembali melanjutkan baca novelku yang sempat tertunda.

Setengah jam kemudian aku melihat seorang petugas sedang bersiap-siap membuka gerbang. Jam 08:30 gerbang itu dibuka. Namun aku tahu walau sudah dibuka aku masih harus menunggu setengah jam lagi karena kantor baru akan memulai aktifitas pada jam 08:00. Yang dibuka oleh petugas tadi masih gerbang bagian depan. Sedangkan pintu kantor masih tertutup rapat dan baru akan dibuka setengah jam kemudian.

Aku segera menuntaskan baca novelku dan segera bergegas menuju kantor imigrasi. Lebih baik aku menunggu di depan kantor, karena disana ada deretan bangku-bangku kosong yang sengaja di sediakan untuk para penunggu. Beberapa orang asing berjalan searah denganku, tampaknya mereka punya tujuan yang sama denganku, untuk memperpanjang izin tinggal di negeri ini.

aku cukup bersyukur karena pagi ini para orang asing yang mau memperpanjang visa tidak begitu banyak, aku rasa tidak lebih dari sepuluh orang. Dan ini cukup menguntungkanku, karena aku tidak usah mencatat nomer antrian dan berdiri di deretan antrian panjang yang biasanya terjadi.

Jam 8 :00, para petugas imigrasi mulai berdatangan termasuk Mama, salah satu petugas imigrasi yang biasanya melayani para orang asing untuk memperpanjang visa. Dan beberapa saat kemudian pintu kantor imigrasi pun dibuka. Mama, begitulah kami memanggilnya, entah nama aslinya siapa. Wanita paruh baya itu sudah masyhur di kalangan orang-orang Indonesia, seorang perempuan tambun, berusia kira-kira 35-45 tahunan. Dialah yang melayani perpanjangan visa para orang asing di kantor ini.

Stempel Visa Ala Mesir
Lima belas menit mununggu akhirnya visaku selesai juga, dengan hanya membayar 4,25 EGP (Pond Mesir). Sebenarnya biaya untuk perpanjangan visa ini Cuma 3 EGP, tapi karena disalah satu berkas aku tidak menyertakan perangko akhirnya aku harus menambah biaya sebesar 1,25 EGP lagi, jadi semuanya 4,25 EGP, atau dalam hitungan kasarnya kira-kira 9 Ribu Rupiah dalam mata uang indonesia. Cukup murah bukan? aku rasa di di tempat lain kita tidak akan mendapatkan izin tinggal di Negara orang dengan biaya semurah itu. yah, begitulah mesir, Negara yang aneh dan menyebalkan. (Tapi kusuka.. )

Dan.. Tara….. Akhirnya dalam satu tahu ke depan aku bebas melenggang di seantero Negara yang super aneh bin ajaib ini he..

Nasr city, 09-05-2011 M.
Comments
2 Comments

2 Komentar:

  1. itu berapa rupiah??
    rincikan dong!!!

    *komentator cerewet*

    xixixixi :P

    ReplyDelete
  2. Sembilan ribu rupiah koh.. :P

    *yang mpunya blog mulai sewot..;))

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda..^_^