Friday, December 31, 2010

Sedikit Jeda

Malam ini udara berhembus dengan begitu pelan. Menelusup masuk melalui celah jendela flat tempat tinggalku. Menyisiri setiap ruang dan Menggerayangi permukaan kulit setiap orang yang saat ini lelap dalam alam mimpinya. Begitu dingin. Begitu lengang. Tak ada suara kecuali mobil yang sesekali lewat di ujung jalan sana.

Malam tahun baru merayap pelan. Yah, tahun baru. Tanpa terasa saya sudah berada di penghujung tahun yang sebentar lagi akan berganti ini, dan itu berarti dua belas bulan yang kesekian kalinya telah kulalui babak kehidupanku di negeri ini. Banyak kenangan tersisa dalam dua belas purnama yang telah berlalu. Bebepa kali mengalami kegagalan. Beberapa kali mengalami keberhasilan. Dan kali ini, saya masih di sini. masih memeluk mimpi dan cita-cita yang sama.

Friday, December 24, 2010

Swessry A, 24-09-2010 M

Terima kasih telah  kau cipta. Beribu kenangan manis yang tersisa
Namun pada akhirnya. Semua kan kembali seperti semula
Seperti hari kemaren. Sunyummu hilang di balik jendela





















*Di ujung pagi yang sama, saat semua kembali sirna..

Madina Nasr, 30-09-2010 M

Penghujung september yang membeku
Masih seperti bulan yang dahulu. Diam terpaku dengan senyum pias dan membisu
Mengenang setiap langkah. Tentang mimpi(nya) yang mendarah

Masih seperti bulan yang telah lalu. Seperti manusia normal lainnya
Keraguan
Keyakinan
Harapan

dan cinta yang datang dan pergi
Mendera tiada henti

Ah, hanya bisa berharap semoga keceriaan September tak kan berakhir pada Oktober
Just wake me up when september ends [Green Day]

Friday, December 10, 2010

Dear Nadia; Berbach

Dearest, nadia..

Bagaimana keadaanmu Nana? Aku dengar kemarin kau sakit ya? Ah, pasti sakit gigimu kambuh lagi, makanya jangan suka makan coklat, Masih untung sakit gigi, coba kalau sakit hati, gak tahu dech harus bilang apa karena sulit banget cari obatnya Nan. Kan katanya lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati he..:D. yach, ala kulli hal sakit apa pun dirimu semoga cepat diberi kesembuhan ya..

Nana..

Sekarang aku sudah tidak seperti preman pasar kembang lagi, rambut gondrongku sudah kupotong pendek Nana. Bukankah kau bilang aku lebih cocok dengan rambut pendek?. Tahu gak Nana, teman-temanku pada pangling semua ketika melihat penampilan baruku. Berbagai reaksi pun berdatangan. Ada yang ketawa karena menurut mereka setelah potong rambut aku terlihat jadi culun, ada juga yang bilang aku terlihat lebih dewasa Nana, trus sebagian lagi ada yang menyayangkan karena rambutku yang sudah mencapai punggung akhirnya aku potong. Ini adalah pengalaman pertama bagiku memelihara rambut Nana. Di negeri orang lagi, selama di negeri sendiri aja aku belum pernah manjangin rambut. Entah apa reaksi Umiku kalau tahu selama ini aku berambut panjang Nana.

District 10, 21-09-2010

Senja yang telah lama lenyap. Gelap
Angin gurun pelan merayap. Senyap
Malam ini. Masih sama seperti malam sebelumnya
Kesendirian yang sama. Didera sunyi yang sama
Namun tampaknya dalam rasa yang tak lagi sama.

Masih tentangnya, yang kini kembali terungkap.
Kenyataan yang tersingkap.
Bahwa aku sudah ketinggalan jauh. Dan makin banyak kehilangan.
Sedang sejarah yang t´lah kita tulis di dinding-dinding rumah
Setiap tanah yang pernah kita jamah.
Setiap jejak yang pernah kita pijak.
masih membasah semua. Seperti tetesan hujan yang mendera
mengendap di kaca jendela. Lantas jatuh dalam kubangan yang sama

dan duka pun kian parah. Pasrah. Hingga berdarah-darah
Menyisakan aroma renjana yang kian tak terarah

Masih tentangnya, yang kini kembali terungkap

Dan nyatanya aku bukan orang yang kuat

*Di ujung malam, saat semua kembali kelam. Nasr City, 21-09-2010 M





















Dear Nadia..

Dear Nadia..

Nana, Ini aku. Tanpa terasa sudah lebih dari dua belas purnama kita telah terpisah jarak dan waktu. Waktu bergulir demikan cepat. dan ini merupakan suratku yang pertama untukmu setelah lama kita terpisah. Kini aku sudah berada di Negeri Kinanah Nana. Negeri yang begitu kuimpikan sejak dulu. Negeri para nabi begitu kata orang-orang, atau juga ada yang menyebut dengan tanah peradaban, atau apalah, masih banyak perbendaharaan julukan lain bagi negeri ini. Sehingga dari banyaknnya julukan, negeri ini pun biasa juga disebut dengan Negeri Seribu Julukan.

Kini aku sudah mulai merasakan suka duka hidup di negeri orang Nana. Ternyata hidup di negeri ini tidak semudah yang aku bayangkan. Berbagai macam cobaan harus aku hadapi. Semuanya butuh perjuangan. Beberapa kali aku telah mengalami kegagalan. Tentu saja kegagalan-kegagalan itu cukup menyakitkan hati. Tapi aku tidak mau berhenti begitu saja Nana. Aku ingin terus bergerak. Bergerak mengikuti irama alam. Dan aku harus sabar menghadapi semua itu guna mengejar mimpiku.

Thursday, December 9, 2010

Bawwab III, 18-09-2010 M

Yah, air mata yang mengharu
Dan rindu pun kian menggebu
di tengah doamu yang menembus langit biru

Buta dan kasat mata begitu tipis dalam perbedaan
Hanya saja, mungkin cinta yang t´lah menjadi buta
Sehingga hayal jadi begitu nyata
Akan dirinya yang kini jauh dari jangkauan mata

Lalu apa yang kunanti.
di ujung penantian yang kian tak pasti
Gelisah yang mendera? atau, kedatanganmu di ujung seja?
Ah, entahlah. Semua serba tak jelas. Gelap.





















Monday, December 6, 2010

SAPi Membedah Putri Hujan

Ibrims.com;- Tanggal 20 November beberapa waktu lalu aku dan teman-teman berkesempatan untuk mengunjungi Masjid Sultan Hasan yang berada di kawasan Sayyida Aisyah di dekat benteng Salahuddin Al-Ayyubi. Masjid Sultan Hasan adalah salah satu masjid peninggalan Dinasti Mamluk yang dibangun oleh Sultan Hassan bin Al-Nasir Muhammad bin Qalawun pada tahun 1356. Kami memilih masjid ini sebagai tempat berkumpul guna melaksanakan bedah karya.

Pada kesempatan ini, untuk pertama kalinya Cerpen isengku yang berjudul “Putri Hujan“ akhirnya dibedah oleh teman-temanku yang tergabung dalam komunitas SAPi (Sanggar Piramida). Terus terang saja sebelum-sebelumnya karyaku memang tidak pernah dibedah atau pun dikaji secara langsung oleh siapa pun. Karena selama ini aku menulis hanya ala kadarnya saja. Rasa kurang percaya diri masih sering kali menyelimuti perasaanku selama ini.

Mungkin aku memang termasuk sering menulis catatan kecil di fasilitas Note FB dan lumayan banyak komentar berdatangan dari teman-teman Fb. Namun itu tidak cukup memamuaskan bagiku, karena menurutku komentar-komentar di FB tidaklah cukup objektif. Umumnya mereka berkomentar baiknya saja dan belum tentu tulisan itu sebagus yang mereka perkirakan.

Sunday, December 5, 2010

Swesry, 17-09-2010 M

Saat dirimu resah. Saat itu diriku gelisah..

Dan pagi memang benar-benar sudah terlambat untuk kembali berembun (Putri Hujan)
Saat rimbun dedaunan tak lagi beraroma melati. Saat semua sirna dari mimpi yang tak pasti
Sementara kicau tak lagi berbunyi. Sunyi. Karena kemungkinan besar tak kan ada lagi burung yang bernyanyi
Membagi kisah di ujung pagi. Kisahnya akan dirimu yang kini sudah mulai pergi

Saat dirimu resah. Saat itu diriku gelisah..

Disini. Di lingkaran waktu yang kian menjepit. Untuk yang kesekian kalinya ingin kuungkap kisah
Kisah senja di ujung gelisah. Pendarnya mulai redup di bawah lanbaian daun korma
Gelap. Senja berganti petang. Ucapkan selamat tinggal pada setiap nafas yang mendesah
Kami yang telah bosan bercumbu dengan bayang-bayang. Akanmu yang begitu nyata.
Begitu sulit digapai asa. Adalah hal absurd yang begitu memilukan
Benarkah kami termasuk orang yang ikhlas?. Mengingat masih ada rasa yang belum jua tuntas

Saat dirimu resah. Saat itu diriku gelisah..

Disana. Di lingkaran waktu yang lain. Figur baru t´lah terlahir kembali dari rahim bunda.
Mengentaskan gelisah tak berujung yang ia rasakan. Yang kan Menemaninya dalam sepi
Dan kau pun akhirnya tak lagi sendiri. Membuat perih lain hati yang kemungkinan sedang menanti
Kisahmu. Kisahku. Memang telah lama usai. Namun tetap kan abadi
Walau dalam dimensi yang berbeda, kan berganti kisah yang lain di kemudian hari

PUTRI HUJAN

Malam belum begitu larut. Hujan baru saja reda, menyisakan butiran-butiran bening di ujung kaca jendela. Angin malam menyeruak masuk lewat celah jendela yang sengaja tidak kututup rapat, mengibarkan korden yang menjuntai menutupinya. Dingin pun menelusup, menggerayangi permukaan kulitku yang malam ini hanya berlapiskan baju tidur yang cukup tipis.

Malam terus beranjak. Kusapukan pandangan keluar lewat jendela yang sedikit mulai berembun. Hujan ternyata belum sepenuhnya reda, aku lihat masih menyisakan gerimis tipis di luar sana. Kebetulan suasana malam di luar tidak begitu gelap, karena ada bohlam besar di samping rumah, yang sengaja dipasang untuk menerangi daerah sekitar. Jadi aku bisa dengan leluasa menikmati ritmik gerimis tipis yang menyerupai jarum-jarum kristal berjatuhan dari langit di bawah bias cahaya bohlam.

Hujan yang mendera dan gerimis tipis yang membasahi bumi, adalah hal yang mengagumkan. Hujan membawa suasana melankolis nan romantis di benakku. Aku begitu menyukai suasana seperti ini. dalam suasana seperti ini, sudah menjadi rutinitasku, memejamkan mata, lalu kuhirup udara dalam-dalam hingga memenuhi rongga paru-paru, dan menghembuskannya dengan tenang, setenang langit cerah tak berawan. “Cobalah dan rasakan, kau akan menemukan keindahan di dalamnya kawan“.