Thursday, April 22, 2010

Episode Sore Yang Merekah..

Sore ini matahari masih bersinar cerah. Pancaran cahanya membias lewat celah rimbun dedaunan pohon mangga di belakang Flat tempat tinggalku. Dua ekor burung saling berkejaran. Entah jenis burung apa, tapi tampaknya berjenis kelamin jantan dan betina. Keduanya saling menukik dan meloncat dari dahan satu ke dahan yang lain.

Udara berhembus sepoi nan lembut, Menerpa rimbun dedaunan. Dedaunan pun berderai, membentuk irama indah khas musik alam. Kedua burung tadi masih berkejaran mesra di pucuk pohon mangga. Hingga akhirnya si betina menyerahkan diri pada rengkuhan jantan, dan mereka pun bergumul untuk melepas hasrat biologis yang mungkin telah lama tidak terpuaskan.

Sunday, April 18, 2010

A Piece of Memories Paper From My Dude

Pare, 16 April 2008 M.

I belief that friend is not like a shadow
Who will be there when the day is sunny
And will go when the day is cloudy
But

“A friend in need is a friend indeed”
The distance can be so far
The time can pass
But the true friendship is always in our heart
Whenever and wherever

Keeping friendship is not as easy as making it
So, I do hope that we will always gather in one heart
And keep the trust

One thing for sure
Save me in your heart
And never delete it

I always keep my finger crossed for it

Your best friend

-MIDU-

Sunyi bernyanyi;

Sunyi bernyanyi;
Mendendangkan senandung pilu

Senyap menyelinap;
Mengisahkan senja yang telah lama lenyap

di sepertiga malam- Mu kuterjaga
meretas mimpi yang sama,
angan yang masih juga sama,
dalam suasana yang tak lagi sama

Kuberpasrah..

Kuterpekur..
mengais tobat dari curahan rahmat-Mu
air mata berderai
sebait doa melambai
meratapi gundah yang kian parah

dalam sepertiga malam- Mu kuberpasrah

Sore yang merekah..

Sore yang merekah
Bias mentari mengintip dari balik rimbun daun mangga

Kembali kuteringat engkau bunda..

Pagi yang masih sama

Pagi yang masih sama;
di ujung musim dingin yang tak kunjung mereda
Menggali imaji yang sedikit mulai sirna

Desir angin sedikit meronta
Derai pepohonan kembali menguak telinga
Buliran pasir mengendap di kaca jendela

Pada mereka..
Berjuta kisah ingin kutuliskan
Tentang aku, kau, dan dia

Saturday, April 17, 2010

Maaf, kasihku Tak Sepanjang Kasihmu..

Ribuan kilo..
jalan yang kau tempuh
Lewati rintangan untuk aku anakmu
Ibuku sayang..
masih terus berjalan
walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah
seperti udara
kasih yang kau berikan
tak mampu kumembalas
ibu…

..............

Suara serak Iwan Fals terus terdengar dari sound komputer teman sekamarku. Sedang aku sendiri asik berkutat dengan netbook butut pemberian seorang sahabat. Malam sudah sedemikian larut. Jam di pojok kanan layar netbook-ku sudah menunjukkan Jam 12 : 46, waktu Cairo. Udara di luar begitu dingin. Suasana malam pun begitu sunyi. Tampaknya penduduk kawasan tempat tinggalku sudah terlelap dalam alam mimpi masing-masing. Tapi hingga kini mataku belum terasa ngantuk.

Menikmati Tentramnya Sunyi di Masjid Amr bin Ash

Untuk yang kesekian kalinya, Senin 15 maret 2010, saya kembali menginjakkan kaki di tempat ``penyepianku´´, Masjid Amr bin Ash atau Gami Amru begitu orang-orang Mesir biasa menyebutnya. Entah sudah yang keberapa kalinya saya menyempatkan diri bertandang ke masjid pertama di Mesir ini. Yang jelas, setiap ada keresahan hati, perasaan gundah, atau pun suntuk, saya selalu menyempatkan diri ber-uzlah ke tempat ini. (Yah, sekedar merenungi arti hidup dan kehidupan, begitu lah). Namun semenjak selesai ujian term pertama satu bulan yang lalu, saya sudah lama tidak berkunjung lagi ke tempat ini, hingga akhirnya baru kali ini bisa berkunjung kembali.

Jam 10:15 WK (Waktu Kairo), saya sampai di Masjid Amr bin Ash. Matahari bersinar hangat. Suasana disekitar masjid tampak tenang. Hanya ada beberapa orang tampak keluar masuk lewat pintu utama. Dua orang mabahist berpakaian serba hitam siap siaga berjaga-jaga di pinggir jalan dekat pintu gerbang Masjid. Mungkin karena masjid ini merupakan kawasan wisata sehingga disediakan mabahist guna menjaga keamanan sekitar.

2 hal hari ini...

Malam ini kota Cairo basah. Tergenang oleh guyuran hujan yang sudah hampir setahun tidak lagi menjamahnya. Udara begitu dingin. Rintik hujan masih belum berhenti sejak sore tadi. Suasana begitu lengang. Beberapa kali terlihat sambaran cahaya kilat diujung jendela kamarku, diiringi gemuruh petir yang cukup memekakkan telinga. Jendela kamarku pun bergetar, seakan meluluhkan engsel-engsel yang menjadi penahannya. Sesaat kemudian kembali senyap, hanya gemericik air terdengar menyirami bumi, diiringi desau angin yang berhembus semakin dingin.

Para penduduk mesir pun tampaknya lebih memilih berdiam diri di dalam rumah, menutup rapat-rapat daun pintu dan jendela flatnya masing-masing. Mungkin sedang asik bercengkrama dengan keluarga masing-masing di depan televesi, sambil menikmati siaran ramalan cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini.

Monday, April 12, 2010

"Ketika Arti Seorang Sahabat Dipertanyakan" (II)

Sambungan dari, "Ketika Arti Seorang Sahabat Dipertanyakan" (I)
-----------------------------------------------------------------------------------

Sangat minim sekali informasi tentang cewek yang satu ini, beberapa kali kami sempat chat di FB. Nunky Vega, itu yang kutahu namanya. Cewek kelahiran 22 Januari ini pun tak ketinggalan ikut menyumbang sebuah komentar tentang arti sebuah sahabat, “dia ada ktk qt sdh n sng i2lah shbt”. Thanks Nunky…^_^

Ah, ini adalah sahabat lama yang kukenal waktu di Pesantren, Fatmawati Mukrim. teman satu angkatan juga. mungkin teman-teman putri satu angkatan yang kukenal pertama kali adalah dia, kami pun sempat akrab dulu walau hanya lewat udara, dan setelah kami lulus kami sempat lose contack dan lagi-lagi di dunia FB ini kami bertemu kembali. dia juga ikut menyumbang komentar, “Sahabat adalh ssok seorang yg tdk akn prnh pudar dr ingtan kt.....tanp adx mereka hdp in tdk akn prnh ad artix,semua yg ad d dunia in hx anugrah ilahi,tgl bagaiman kt menyanyangi mrk,lyakx kt menyayangi yg kuasa.......jd, shbt bkn hx sesaat tp untk selamax dan tak akn prnh untk d lupakan...“ semoga aku termasuk yang tidak pudar dalam ingatan kamu ya... ha...hay.... ngarep lagi...!

"Ketika Arti Seorang Sahabat Dipertanyakan" (I)

Rabu, 31 Maret 2010 M. Jam 10 : 00 Waktu Cairo. Matahari tampaknya sudah mulai meninggi. Biasnya memancar ke dalam kamar, lewat celah tabir aluminium yang menjadi tirai jendelaku. Udara berhembus pelan, menyisakan sedikit rasa sejuk sisa musim dingin. Yah, akhir-akhir ini cuaca di Cairo memang selalu tidak menentu. Seharian bisa dingin dan besoknya bisa berubah panas. Hufht... Mungkin karena musim pancaroba.

Suntuk sedikit menjalari pikiranku, karena aku sendirian di dalam kamar. Teman-temanku tampaknya sedang bergelut dengan kesibukan masing-masing. Kugulung aluminium yang menjadi tirai jendela kamarku. Seberkas cahaya menyeruak, menerangi segenap penjuru kamar. Kusapukan pandanganku pada sekeliling flat tempat tinggalku. kebetulan flat tempat tinggalku berada di lantai dasar atau “Ardiyah“, begitu orang-orang mesir biasa menyebutnya, dan Jendela kamarku pun langsung menghadap jalan, jadi aku dapat dengan leluasa mengawasi kawasan sekitar.