Sunday, October 18, 2009

Kumerindumu..

Ketika kembali kumendekam dalam angan
pun kembali wajahmu mengusik lamunan
Menoreh setitik memori lama
yang sudah mulai usang

Angin berhembus..
Menelusup segenap rasa gundah
Kau terasa begitu dekat
Begitu ingin kudekap
Namun hatiku terikat
Pada setiap detak nafas waktu yang menjerat

Seketika kumulai tersadar
Kau semakin jauh dariku
Salahkah jika kuberkata
“Perkenalan merupakan ucapan perpisahan yang tidak kita sadari”

Sunyi kembali menyapa
kini, biar angan yang bicara
Biar kata yang beri makna
“Aku tetap sayang kamu..”

Tidak perlu ada nama
Tidak juga ada cerita
Kuhanya bisa berdoa
Semoga kau bahagia

Friday, October 16, 2009

Sejenak Kita Merenung...

Pada setiap detik yang telah kita lewati, setiap langkah yang tertinggal, maka dengan sendirinya pada waktu itu pula pena sejarah menuliskan jalan cerita hidup kita. Masa lalu bagi kita merupakan kenangan, saat ini merupakan kenyataan, dan hari esok adalah harapan

Adakalanya kita telah lalui setiap langkah dengan hal-hal yang baik dan menyenangkan hingga menjadi sebuah kenangan terindah yang tak terlupakan. Atau, hanya dilewati oleh kepedihan hingga melahirkan sebuah tangisan, bahkan trauma yang mendalam dan berkepanjangan. Namun, itulah hidup. Penuh dinamika. Penuh warna. Kenangan indah yang kita miliki bisa membuat hari-hari terasa indah hingga kita melewatinya dengan senyuman, dan terkadang melahirkan sebuah harapan agar kejadian tersebut bisa terulang hingga

Thursday, October 15, 2009

Aku Sadar...

Aku sadar…
Bahwa yang perlu kulakukan hanyalah percaya dan terus berusaha untuk layak dipercaya.

Aku sadar…
Bahwa tidak ada yang lebih kita percaya selain sang pembentang langit, yang menetukan arah angin dan meniupkannya ke segala ujung dunia.

Aku sadar…
Bahwa aku tidak percaya angin, aku hanya akan selalu percaya pada sang pencipta angin yang mengetahui secara pasti kemana angin bertiup.

Aku sadar…
Bahwa angin datang dan pergi menelusuri setiap arah yang telah ditentukan, namun suatu saat angin yang sama akan kembali untuk mengangkat sayapku terbang tinggi dan aku

Wednesday, October 14, 2009

Iseng, Nulis Ah..!

-->
Hari baru saja berganti malam. Masih jam 20.00. Masih belum terlalu malam. Namun udara dingin sudah mulai menyapa lembut permukaan kulit. Tampaknya musim sudah akan mulai berganti. Walaupun masih belum memasuki musim dingin yang sesungguhnya namun dinginnya udara malam ini cukup membuat orang-orang seperti saya menggigil kedinginan.

Malam ini kami berempat. saya dan ketiga temanku akan merembukkan sesuatu berkenaan tentang sebuah buletin yang selama ini kami kelola. Kami duduk melingkar di meja kosong salah satu kedai Asir di daerah Gami´. Pengunjung kedai tidak terlalu banyak malam ini. Kursi-kursi banyak yang kosong. Hanya ada beberapa orang, yang kayaknya berasal dari Banglades, sedang asik ngobrol dengan bahasa yang tidak saya pahami.

Hubert, Germany, and Egypt


Penghujung musim panas matahari bersinar terik di atas Giza. Jam di lengan kiriku sudah menunjukkan angka 12. saya dan sahabatku terus berjalan menyusuri Syari´ Faishal. Salah satu nama jalan di daerah Giza. Berjalan dibawah terik matahari di penghujung musim panas memang cukup membuat ubun-ubun terasa terpanggang serasa berada di dalam oven. Beberapa kali kutegak air mineral yang sengaja dibawa oleh sahabatku. Keringat mengucur menbasahi pelipis dan punggungku. Kaos oblong yang kukenakan terasa basah oleh keringat. Sungguh hari yang sangat melelahkan. Namun tidak bagi sahabatku itu, diusianya yang sudah menginjak kepala enam, dia enteng saja berjalan menyusuri jalanan berdebu syari´faishal. Toh, walaupun keringatnya membanjiri pakaiannya, tapi ia tetap bersemangat dan terus berjalan menyusuri jalanan berdebu. Dia bahkan tidak henti-hentinya berkata ``i like this clime.´´ Mungkin karena selama ini ia tinggal di lingkungan dingin. Sehingga ketika berada di mesir dan merasakan musim panas, ia sangat menyukainya.